Entah mengapa, beberapa hari terakhir ini, Harjo senang sekali pergi kesawah melihat ikan-ikan yang ada dikolam 10x20 meter. Bukan kolamnya sendiri, tetapi kolam kakak iparnya. Sesekali Harjo memberi makan ikan-ikan yang berebut pelet atau rumput atau nasi basi itu seperti melihat orang-orang yang berebut sembako murah saja. Clap-clup-kecopak-pyok suara air kolam itu bila ikan-ikan sedang berebut makanan. Kalau dihitung-hitung, sudah sekitar sebulan ini kebiasaan itu di lakukan Harjo.
Seperti sore itu, sepulang kerja di pabrik harjo berangkangkat kekolam. Tidak lupa sebuah sabit dan setengah kilogram pellet dibawanya. Sampai di kolam Harjo menaburkan pellet itu dan terdengarlah suara clap-clup-kecopak-pyok. Ikan-ikan itu berebut pelet.
Sementara itu, tanpa Harjo sadari ada sekelompok ikan sedang membicarakannya. Ada Tombro, Nila, Gurame, dan lain-lain. Tombro, Nila dan Gurame tampak akur membicarakan Harjo, sedangkan yang lain lebih sebagai pendengar yang sekali ikut berebut pellet yang diberikan Harjo. “Kang Gurame, Kakang ada yang merasakan ada yang aneh tidak.?”
“Aneh bagaimana.?”
“Kenapa ya Kang, baru beberapa hari ini orang itu rutin memberikan makanan kepada kita.?” Gurame manggut-manggut dan seolah mengiyakan kata-kata Tombro.
“Dan bila kita perhatikan Kang, yang memberi kita makan itu dari kemarin si itu terus”. Sambil berkata begitu, Tombro menunjuk kearah Harjo.
“Iya..iya..Aku juga merasakan keanehan itu. Padahal kolam ini bukan milik orang itu”. Obrolan masih berlanjut “Jangan-jangan ada maksud tertentu, Nil”. Gurame juga mengutarakan yang dirasakannya.
“Waduh Kang, bagaiman kalau itu terjadi.?”
“Terjadi apa.?” Kata Gurame tenang.
“Kita tidak boleh berprasangka buruk dulu sebelum melakukan penyelidikan.” Kata Gurame lagi.
“Ah sudahlah, dari pada pusing-pusing mikirin yang belum jelas lebih baik kita ikut makan saja, Yuk”. Berkata begitu, Tombro langsung pergi ketengah-tengah keramaian ikan-ikan yang berebut pelet disusul Gurame dan Nila.
Pelet yang di bawa Harjo sudah habis. Harjo beranjak dari tempat duduknya disudut kolam lalu mengambil sabit yang ditaruh di Sepeda. Harjo kemudian mencari rumput di pematang sawah dekat kolam. Dapat rumput agak lumayan lalu dilemparkannya rumput itu ke kolam. Beberapa saat kemudian terdengan clap-clup-kecopak-kyok. Rumput-rumput itupun jadi santapan sore bagi ikan-ikan yang kelaparan itu.
Harjo kembali ketempat duduknya semula. Disudut kolam, dia memperhatikan lagi tingkah ikan-ikan yang berebut rumput itu. Langit di Ufuk barat sudah berubah jingga. Udara sore semakin dingin. Harjo bangkit dari duduknya, Mengambil sepeda lalu dikayuhnya sepeda itu. Harjo pulang, tak lama kemudian terdengar suara Adzan dari Masjid kampug Harjo.
Tampa sepengetahuan Harjo, Gurame Terombo dan Nila melakukan diskusi lagi.
“ Kang Gurame, aku koq masih penasaran dengan keanehan yang terjadi di negeri kita ini”. Tombro memulai pembicaraan.
“Maksudmu.?” Gurame menyahut
“Begini Kang, akhir-akhir ini sering ada laporan bahwa kerap kali ada kekacauan di negeri ini. Apakah tidak mungkin ada pihak-pihak yang ingin negara ini kacau.? Ada provokator, gitu.!” Tombro menjelaskan.
“Bagaimana, Nil.?” Gurame minta pendapatm kepada Nila.
“Menurut saya, Keresahan Kang Tombro ada benarnya. Tapi saya punya pemikiran begini, dia tidak disuruh siapa-siapa. Maksud saya, orang itu bekerja sendiri tanpa ada yang menyuruh.”. Gurame dan Tombro manggut-manggut
“Kang Tombro dan Kang Gurame tentu masih ingat kejadian tempo hari. Orang yang tadi memberi kita makan, datang tidak sendiri. Mereka memberi makan kepada kita pelet dan nasi basi lalu melemparkan sesuatu kekolam dan rakyat kita yang memakan barang dilempar itu. Apa yang terjadi ?” Nila terdiam. Tombro dan Gurame juga diam seolah mengingat sesuatu, Nila melanjutkan omongannya.
“Rakyat kita yang memakannya hilang, kejadian itu berulang beberapa kali. Mungkin ada 10 warga kita yang hilang. Setiap kali ada warga kita yang hilang, orang-orang itu tertawa gembira, Nah dari hal ini saya punya kesimpulan yang punya inisiatif untuk mengacaukan negara kita, bukan atas suruhan oknum warga kolam”. Nila Mengakhiri penjelasannya yang panjang itu. Lagi-lagi Gurame dan Trombo manggut-manggut
“Baik nanti malam kita bicarakan masalah ini bersama seluruh warga koalam, Nil… Nila sekarang saya tugaskan untuk mengundang perwakilan warga kolam. Tombro, tolong siapkan segala sesuatu untuk menyelenggarakan musyawarah istimewa..!”
“Siap-siap…!” jawab Nila dan Trombo hamper bersamaan. Mereka pergi meninggalkan Gurame untuk menjalankan tugas. Sementara Gurame masih duduk-duduk ditempatnya.
“Ha ha ha…! akhirnya semua berjalan sesuai dengan rencana. Tinggal 1 langkah lagi maka dendamku akan terbalaskan.”
^^^^
Malam semakin larut saat warga kolam berkumpul diruang pertemuan Negeri kolam. Setelah acara Protokoler, pembukaan dan sambutan-sambutan Gurame naik Podium. Dengan semangat membara membakar emosi warga kolam. Sesekali terdengar tepuk tangan dan Koor setuju.
“Warga kolam yang saya cintai, seperti yang sudah di katakan Nila tadi bahwa di Negeri ini sedang terjadi kemelut. Ada warga kolam yang hilang dan saudara-saudara tentu sudah tahu pelaku penculikan itu. Dia adalah orang yang sering memberi kita makan. Sekarang apa yang kan saudara-saudara lakukan terhadap orang itu.?”
“Balas dendam…..!” teriak beberapa ikan-kan yang sudah di suruh oleh Gurame untuk melakukan hal itu, lalu di ikuti oleh warga kolam yang lain yang sudah terbakar emosinya”.
“Tenang…tenang saudara-saudara….tenang..!
Seperti sore itu, sepulang kerja di pabrik harjo berangkangkat kekolam. Tidak lupa sebuah sabit dan setengah kilogram pellet dibawanya. Sampai di kolam Harjo menaburkan pellet itu dan terdengarlah suara clap-clup-kecopak-pyok. Ikan-ikan itu berebut pelet.
Sementara itu, tanpa Harjo sadari ada sekelompok ikan sedang membicarakannya. Ada Tombro, Nila, Gurame, dan lain-lain. Tombro, Nila dan Gurame tampak akur membicarakan Harjo, sedangkan yang lain lebih sebagai pendengar yang sekali ikut berebut pellet yang diberikan Harjo. “Kang Gurame, Kakang ada yang merasakan ada yang aneh tidak.?”
“Aneh bagaimana.?”
“Kenapa ya Kang, baru beberapa hari ini orang itu rutin memberikan makanan kepada kita.?” Gurame manggut-manggut dan seolah mengiyakan kata-kata Tombro.
“Dan bila kita perhatikan Kang, yang memberi kita makan itu dari kemarin si itu terus”. Sambil berkata begitu, Tombro menunjuk kearah Harjo.
“Iya..iya..Aku juga merasakan keanehan itu. Padahal kolam ini bukan milik orang itu”. Obrolan masih berlanjut “Jangan-jangan ada maksud tertentu, Nil”. Gurame juga mengutarakan yang dirasakannya.
“Waduh Kang, bagaiman kalau itu terjadi.?”
“Terjadi apa.?” Kata Gurame tenang.
“Kita tidak boleh berprasangka buruk dulu sebelum melakukan penyelidikan.” Kata Gurame lagi.
“Ah sudahlah, dari pada pusing-pusing mikirin yang belum jelas lebih baik kita ikut makan saja, Yuk”. Berkata begitu, Tombro langsung pergi ketengah-tengah keramaian ikan-ikan yang berebut pelet disusul Gurame dan Nila.
Pelet yang di bawa Harjo sudah habis. Harjo beranjak dari tempat duduknya disudut kolam lalu mengambil sabit yang ditaruh di Sepeda. Harjo kemudian mencari rumput di pematang sawah dekat kolam. Dapat rumput agak lumayan lalu dilemparkannya rumput itu ke kolam. Beberapa saat kemudian terdengan clap-clup-kecopak-kyok. Rumput-rumput itupun jadi santapan sore bagi ikan-ikan yang kelaparan itu.
Harjo kembali ketempat duduknya semula. Disudut kolam, dia memperhatikan lagi tingkah ikan-ikan yang berebut rumput itu. Langit di Ufuk barat sudah berubah jingga. Udara sore semakin dingin. Harjo bangkit dari duduknya, Mengambil sepeda lalu dikayuhnya sepeda itu. Harjo pulang, tak lama kemudian terdengar suara Adzan dari Masjid kampug Harjo.
Tampa sepengetahuan Harjo, Gurame Terombo dan Nila melakukan diskusi lagi.
“ Kang Gurame, aku koq masih penasaran dengan keanehan yang terjadi di negeri kita ini”. Tombro memulai pembicaraan.
“Maksudmu.?” Gurame menyahut
“Begini Kang, akhir-akhir ini sering ada laporan bahwa kerap kali ada kekacauan di negeri ini. Apakah tidak mungkin ada pihak-pihak yang ingin negara ini kacau.? Ada provokator, gitu.!” Tombro menjelaskan.
“Bagaimana, Nil.?” Gurame minta pendapatm kepada Nila.
“Menurut saya, Keresahan Kang Tombro ada benarnya. Tapi saya punya pemikiran begini, dia tidak disuruh siapa-siapa. Maksud saya, orang itu bekerja sendiri tanpa ada yang menyuruh.”. Gurame dan Tombro manggut-manggut
“Kang Tombro dan Kang Gurame tentu masih ingat kejadian tempo hari. Orang yang tadi memberi kita makan, datang tidak sendiri. Mereka memberi makan kepada kita pelet dan nasi basi lalu melemparkan sesuatu kekolam dan rakyat kita yang memakan barang dilempar itu. Apa yang terjadi ?” Nila terdiam. Tombro dan Gurame juga diam seolah mengingat sesuatu, Nila melanjutkan omongannya.
“Rakyat kita yang memakannya hilang, kejadian itu berulang beberapa kali. Mungkin ada 10 warga kita yang hilang. Setiap kali ada warga kita yang hilang, orang-orang itu tertawa gembira, Nah dari hal ini saya punya kesimpulan yang punya inisiatif untuk mengacaukan negara kita, bukan atas suruhan oknum warga kolam”. Nila Mengakhiri penjelasannya yang panjang itu. Lagi-lagi Gurame dan Trombo manggut-manggut
“Baik nanti malam kita bicarakan masalah ini bersama seluruh warga koalam, Nil… Nila sekarang saya tugaskan untuk mengundang perwakilan warga kolam. Tombro, tolong siapkan segala sesuatu untuk menyelenggarakan musyawarah istimewa..!”
“Siap-siap…!” jawab Nila dan Trombo hamper bersamaan. Mereka pergi meninggalkan Gurame untuk menjalankan tugas. Sementara Gurame masih duduk-duduk ditempatnya.
“Ha ha ha…! akhirnya semua berjalan sesuai dengan rencana. Tinggal 1 langkah lagi maka dendamku akan terbalaskan.”
^^^^
Malam semakin larut saat warga kolam berkumpul diruang pertemuan Negeri kolam. Setelah acara Protokoler, pembukaan dan sambutan-sambutan Gurame naik Podium. Dengan semangat membara membakar emosi warga kolam. Sesekali terdengar tepuk tangan dan Koor setuju.
“Warga kolam yang saya cintai, seperti yang sudah di katakan Nila tadi bahwa di Negeri ini sedang terjadi kemelut. Ada warga kolam yang hilang dan saudara-saudara tentu sudah tahu pelaku penculikan itu. Dia adalah orang yang sering memberi kita makan. Sekarang apa yang kan saudara-saudara lakukan terhadap orang itu.?”
“Balas dendam…..!” teriak beberapa ikan-kan yang sudah di suruh oleh Gurame untuk melakukan hal itu, lalu di ikuti oleh warga kolam yang lain yang sudah terbakar emosinya”.
“Tenang…tenang saudara-saudara….tenang..!
“Iya….setuju..setujuuu…”
“Baiklah kalau begitu tidak usah menunggu lama lagi. Besok malam kita laksanakan apa yang jadi keinginan kita buat orang itu tak berkutik. Setujuuu….?”
“Setujuuuuuuuu…..!”
“Baiklah saudara-saudaraku, karena semua setuju marilah kita akhiri pertemuan ini. Selamat jalan kepada saudara-saudara yang hendak pulang. Tapi ingat, jangan melakukan hal-hal yang mencurigakan. Oh….iya, tentang bagaimana kita melakukan rencana kita, besok saya beri tahu..selamat berjuang…!”
Gurame turun dari Podium dan di sambut “tepuk tangan”, dan pesertan pertemuan membubarkan diri. Gurame tidak langsung pulang, tapi menuju rumah Yuyu. Dan sesampainya dim rumah Yuyu
“Selamat malam Kang Yuyu. .!”
“Wah kamu Nil Guarame… Tumben, ada perlu apa sampai-sampai kau sendiri yang datang kesini..?”
“Langsung saja kang….begini, tentu Kang Yuyu sudah tahu kemelut yang terjadi di Negeri saya, kan..?”
“Hmmmm ya, lalu..?”
“Karena itulah saya mau minta tolong sama Kang Yuyu untuk dibuatkan lubang besar dibawah pematang kolam ini untuk menjebak orang-orang yang menculik warga saya..”
“Oooo begitu.? Baik, asala…?”
“Kalau masalah itu sih gampang, Kang” Sebelum Yuyu menyelesaikan kalimatnya, Gurame langsung menyahut karena sudah tahu yang dimaksudkan oleh Yuyu.
“Kapan saya mesti mulai.?”
“Lebih cepat akan lebih baik, karena rencana itu akan kami laksanakan besok malam”.
“Baik, saya akan langsung melaksanakannya”.
“Terima kasih Kang, kalau begitu aku pulang dulu nanti kalau sudah selesai, tolong kirim kabar..!”
“Baik, selamat jalan…!”
Sepeninggal Gurame, Yuyu langsung mengumpulkan warganya. Setelah diberi penjelasan, mereka langsung bekerja. Dalam waktu tidak lama semua pekerjaan selesai. Gurame menyambut gembira.
“Sampaikan ucapan terima kasihku pada Kang Yuyu dan ini sebagai tanda terima kasih saya”. Gurame memberikan sebuah amplop yang isinya sudah bias ditebak, uang.
“Baika saya akan sampaikan, permisi..!” Gurame mengumpulkan warganya untuk di beri penjelasan.
“Saudara-saudara, sesuai rencana yang sudah kita sepakati bersama kemarin, kita akan melaksanakan balas dendam, langsung saja.” Gurame memberi penjelasan teknis pelaksanaan balas dendam.
“Demikian saudara-saudara, ada pertanyaan..?”
“Tidaaaaak…!” jawab warga kolam serempak.
“Kalau begitu marilah kita tempati posisi masing-masing..!”
Warga kolam kemudian menyembar dan menempati posisi masing-masingseperti instruksi Gurame tadi.
^^^
Malam itu Harjo tidak bisa tidur dengan tenang. Dia teringat kejadian kemarin malam bahwa ikan-ikan dikolam samping kolam kakak ipar Harjo di curi orang. Sebentar-bentar Harjo bangun. Karena tidak tahan, Harjo benar-benar bangun dari tempat tidur dan bergegas pergi kekolam. Hanya diterangi lampu senter yang sudah 3 bulan batreinya tidak diganti, Harjo terus berjalan. Sesampainya di kolam Harjo mengarahkan senternya kearah kolam. Tak 1 pun ikan dilihatnya, Harjo panik. Dia bermaksud mencari tau dimana ikan-ikan itu. Tanpa disadari dia terus diamati oleh ikan-ikan yang bersembunyi. Arjo tambah panik. Karena paniknya tak tertahan lagi, dia mengitari kolam.
“Terus..ayo maju…!” batin ikan-ikan yang mengintai Harjo dari tempat persembunyiannya. Ketika sampai di atas kolam, kaki Harjo terperosok dan tercebur kedalam kolam, lalu…..
“Serbuuuu….!” Teriak Gurame mengomando warga kolam. Tubuh Harjo yang terapung di serang bertubi-tudi dari berbagai lini, sekujur tubuh harjo jadi santapan warga kolam. Dengan sekuat tenaga Harjo mencoba melawan. Tapi serangan warga kolam yang membuat perlawanan Harjo jadi tak berarti.
Pagi hari saat orang-orang pergi kesawah ada yang melihat sesuatu di kolam kakak ipar Harjo. Ketika didekati ternyata mayat. Ya, mayat Harjo yang semalam jadi santapan ikan-ikan yang membalas dendam kepada Harjo. Gemparlah kampong Harjo.
“Anakku, istirahatlah dengan tenang..! Ayah telah membalaskan dendam kamu “.
Gurame bersimpuh diatas pusara anaknya yang mati karena memakan umpan kail Harjo.
Bisa dilihat dan dikutip dari cerita diatas bahwa sanya orang tua bisa melakukan apa saja untuk kesenangan anaknya kelak, karena itu didasari oleh Kasih Sayang dan ikatan bathin yang kuat sang orang tua terhadap anaknya… Apalagi apabila seorang anak tersakiti ataupun teraniaya pasti sang orang tua tidak tinggal diam. Terima kasih..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar